Heni Lilia Dewi Pendidikan Matematika, Pascasarjana UNY
henililiadewi@gmail.com
Abstrak
Kesulitan belajar matematika merupakan suatu gejala
yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar matematika
yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. Pendidik sering
menghadapi masalah adanya siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar
matematika. Biasanya guru kesulitan dalam mendiagnosis masalah dari
masing-masing peserta didiknya sehingga tidak ditemukan solusi untuk mengatasi
kesulitan belajar tersebut.
Menurut Resty (dalam Amir dan Risnawati) faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar matematika bisa dari internal dalam diri siswa
maupun eksternal dari luar diri siswa. Guru sebagai pendidik harus mampu
menganalisis kesulitan belajar
matematika dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan
belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan, dan
kemudian menetapkan model pembelajaran.
Kata kunci:
kesulitan belajar, matematika, diagnosis
PENDAHULUAN
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
bahkan diantara dua anak kembar sekalipun. Dalam suatu kelas, ada siswa yang
dapat mencapai prestasi belajar tanpa kesulitan, namun tidak sedikit siswa
mengalami banyak kesulitan. Tidak semua masalah yang dihadapi siswa dapat
diatasi oleh dirinya sendiri, seperti siswa yang malas, mudah putus asa, bahkan
sikap menentang guru di kelas.. Peran guru sangat diperlukan peserta didik
untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Maka guru perlu
mendiagnosis dimana letak kesulitan belajar yang dihadapi siswa untuk kemudian
dicari solusi pemecahannya.
Jika kesulitan belajar siswa tersebut dibiarkan,
maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Untuk mengatasi
kesulitan tersebut, siswa memerlukan bantuan, baik dalam mencerna bahan
pengajaran maupun dalam mengatasi hambatan-hambatan lain. Kesulitan belajar
siswa harus dapat diketahui dan dapat diatasi sedini mungkin, sehingga tujuan
instruksional dapat tercapai dengan baik.
Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak
pada peserta didik yang tidandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah
atau dibawah norma yang telah ditetapkan. Menurut Muhibbin Syah (2014:170)
menyatakan bahwa kesulitan belajar tidak hanya menimpa pada siswa yang
berkemampuan rendah tetapi berkemampuan dibawah standarpun juga dikatakan
kesulitan belajar. Siswa/ mahasiswa yang berkemapuan normal (rata-rata standar)
dapat mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu
yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek
langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan
menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin
diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak langsung berupa
fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Jenis-jenis kesulitan belajar bisa
saja muncul pada objek langsung dan tak langsung dalam matematika.
Sebelum menangani sebuah masalah kesulitan belajar
sebagai pendidik hendaknya mencari tahu penyebab utama siswa menangkap materi
pembelajaran dengan kata lain kita melakukan diagnosa mahasiswa dalam kesulitan
belajar. Saat ini banyak pendapat yang mengidentifikasi beberapa faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar matematika. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
siswa kesulitan belajar matematika baik faktor internal yang berasal dari dalam
diri siswa, seperti psikologi dan disikologi maupun faktor eksternal yang
berasal dari luar diri siswa
seperti faktor sosial (Dalyono, 2009: 230). Pemahaman mengenai kesulitan
belajar matematika, faktor-faktor yang meyebabkan kesulitan belajar matematika
perlu diperdalam terutama bagi seorang pendidik. Maka perlu dilakukan diagnosis
yang membantu siswa memperoleh hasil belajar yang optimal.
PEMBAHASAN
a.
Pengertian
Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar adalah terjemah dari istilah bahasa inggris learning disability.
Menurut terjemah tersebut sesungguhnya kurang tepat, karena learning artinya
belajar, disability artinya ketidakmampuan. Kesulitan belajar adalah: suatu
kondisi yang mana anak didik tidak belajar sebagaimana mestinya karena ada
gangguan tertentu.
Selain definisi tersebut, menurut Sudrajat,
sebagaimana dikutip oleh Amir dan Risnawati (2016: 187-188) kesulitan belajar
siswa mencakup pengertian yang luas di antaranya:
a) Learning
Disorder
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah
keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang
bertentangan. Contoh: siswa yang terbiasa menghafal rumus mungkin akan
kesulitan mengingat konsep lama.
b) Learning
Disfunction
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses
belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya
siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental dan gangguan
psikologis lainnya. Contoh: adanya latihan soal yang kurang dalam pembelajaran
matematika.
c) Under
Achiever
Under Achiever mengacu kepada siswa yang
sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong diatas normal,
tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
d) Slow
Learner
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang
lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang
sama.
e) Learning
Disabilitas
Learning Disabilitas atau ketidakmampuan belajar mengacu
pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehinga
hasil belajar dibawah potensi intelektualnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian kesulitan
belajar matematika adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak yang di
tandai oleh ketidak mampuan anak untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan.
b.
Ciri-ciri
Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Ciri dari siswa yang mengalami kesulitan diantaranya
adalah; tidak mampu menyelesaikan tugas belajar sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, atau tidak mampu mencapai taraf belajar yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Seperti yang dikemukakan Sugihartono, (2012: 154) ciri-ciri siswa yang
mengalami kesulitan belajar sebagai berikut:
a) Prestasi belajar rendah artinya sekor yang
diperoleh dibawah skor rata-rata kelompoknya.
b) Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak
sebanding dengan hasil yang dicapai.
c) Lamban dalam mengerjakan tugas dan lambat dalam
menyelesaikan atau menyerahkan tugas.
d) Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap
kurang wajar lainnya.
e) Menunjukkan prilaku menyimpang dari prilaku
temanya yang seusia, misalnya suka membolos,
enggan mengerjakan tugas, tidak dapat kerja sama dengan temanya, terisolir,
tidak dapat konsentrasi,tidak punya semnagat dan sebagainya.
f) Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah
marah, pemurung marasa rendah diri, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Lerner, sebagaimana dikutip oleh
Amir dan Risnawati (2016: 188-190) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan
belajar matematika, diantaranya:
a) Gangguan
Hubungan Keruangan
b) Abnormalitas
persepsi Visual
c) Asosiasi
Visual Motor
d) Perseverasi
e) Kesulitan
Mengenal dan Memahami Simbol
f) Gangguan
Penghayatan Tubuh
g) Kesulitan
dalam Bahasa dan Membaca
h) Skor
PIQ jauh lebih rendah daripada skor VIQ
Masalah yang sering muncul yaitu kesulitan dalam
mengenal dan menggunakan simbol matematika seperti >, <, dan sebagainya.
Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga
dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.
c.
Jenis-jenis
Kesulitan Belajar
Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek
langsung dan objek tak langsung. objek tak langsung antara lain kemampuan
menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin
diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek langsung berupa
fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Jenis-jenis kesulitan belajar bisa
saja muncul pada objek langsung dan tak langsung dalam matematika.
Beberapa kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak
berkesulitan belajar matematika juga disebutkan oleh Lerner, sebagaimana
dikutip oleh Amir dan Risnawati (2016: 191):
a. Kekurangan
pemahaman tentang simbol
b. Nilai
tempat
c. Penggunaan
proses yang keliru
d.
Faktor-faktor
Penyebab Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya
tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Namun
kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kebiasaan
berteriak-teriak dalam kelas, mengusik teman, berkelahi dan sering bolos dari
jam pelajaran matematika. Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak
antara lain:
1. Faktor
internal siswa
Menurut Resty Rahajeng, sebagaimana dikutip oleh
Amir dan Risnawati (2016: 192-195) faktor internal siswa yang menyebabkan
kesulitan belajar matematika dapat berupa fisiologis, kecerdasan, motivasi, dan
minat.
a. Ciri
khas/ karakter siswa
Persoalan intern pembelajaran berkaitan dengan
kondisi kepribadian siswa, baik fisik maupun mental.
b. Sikap
terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian
tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian
tentang sesuatu, mengakibatkan adanya sikap menerima, menolak atau mengabaikan.
c. Motivasi
belajar
Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan
sesuatu yang datang dari dalam individu yang bersangkutan da nada pula yang
datang dari luar individu, seperti peran orang tua, teman dan guru.
d. Konsentrasi
belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pembelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi
bahan belajar maupun proses memperolehnya.
e. Mengolah
bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa
untuk menerima isi dan cara pemerolehan pelajaran sehingga menjadi bermakna
bagi siswa.
f. Menyimpan
perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan
kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan isi pesan.
g. Menggali
hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan
proses mengaktifkan pesan yang telah diterima baik pesan lama maupun pesan
baru.
h. Kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar
Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan
belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah memecahkan tugas-tugas belajar atau
mentransfer hasil belajar.
i.
Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan
diri bertindak dan berhasil.
j.
Intelegensi dan keberhasilan belajar
Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam
keberhasilan belajar. Dengan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh
intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuk
generasi penerus yang bermutu rendah.
k. Kebiasaan
belajar
Kebiasaan belajar yang kurang baik berupa belajar
pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar,
bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya
jantan seperti merokok, dan lainnya.
l.
Cita-cita siswa
Cita-cita merupakan motivasi intrinsik.
2. Faktor
Eksternal Siswa
Faktor eksternal adalah hal-hal atau keadaan-keadaan
yang datang dari luar diri siswa. Menurut Resty Rahajeng, sebagaimana dikutip
oleh Amir dan Risnawati (2016: 195-196) faktor eksternal dapat berupa
lingkungan keluarga, masyarakat, guru, dan media pembelajaran.
a. Lingkungan
Keluarga
Status ekonomi, status sosial, kebiasaan dan suasana
lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.
b. Lingkungan
Masyarakat
Setiap pola masyarakat yang mungkin menyimpang
dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali terserap dalam diri anak,
karena ilmu yang didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan
lebih mudah diserap oleh anak dari pada pengalaman belajarnya di sekolah.
c. Guru
Cara guru mengajar sangat menentukan keberhasilan
belajar, sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam pendidikan,
penguasaan teknik-teknik mengajar dan kemampuan menyelami alam pikiran setiap
siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu guru sebagai
motivator, fasilitator, innovator dan konduktor masalah-masalah individu siswa
perlu menjadi acuan selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Media
Pembelajaran
Media pembelajaran seperti buku-buku pelajaran, alat
peraga, alat-alat tulis juga mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar.
Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh media pembelajaran yang memadai.
Media pembelajaran tersebut akan menunjang proses pemahaman anak.
e.
Prosedur
dan Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar
Untuk melaksanakan kegiatan diagnosis kesulitan
belajar harus ditempuh beberapa tahapan kegiatan. Tahapan tersebut meliputi: 1)
Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar; 2)
Melokalisasikan kesulitan belajar; 3) Menentukan faktor penyebab kesulitan
belajar; 4) Memperkirakan alternatif bantuan; 5) Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya;
dan 6) Tindak lanjut (Warkitri, sebagaimana dikutip dalam Ismail, 2016: 40)
Diagnosis kesulitan belajar dilakukan dengan teknik
tes dan nontes. Teknik yang dapat digunakan guru untuk mendiagnosis kesulitan
belajar antara lain:
1. Tes
diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai
kompetensi tertentu.
2. Wawancara
dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali
lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik. Wawancara
juga dapat dilakukan dengan teman dekat atau keluarga peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar matematika.
3. Pengamatan
dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar siswa.
4. Pemberian
angket untuk mengukur kecemasan terhadap matematika. Angket dibagikan dengan
cara disiasati pengumpulannya tanpa menggunakan nama (dengan menggunakan kode
yang sudah disiapkan oleh guru sebelumnya).
Dengan begitu, guru dapat mencari alternatif atau
solusi untuk mengatasi kesulitan belajar matematika siswa sebagai tindak lanjut
proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar optimal
mereka.
KESIMPULAN
Kompleksnya masalah-masalah dalam belajar
mengindikasikan bahwa beberapa siswa masih mengalami kesulitan belajar
matematika. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar matematika pun
bisa berasal dari dalam diri siswa sendiri (internal) atau dari luar diri siswa
(eksternal). Namun para guru matematika dapat menggunakan berbagai metode atau
pendekatan untuk mendiagnosis kesulitan belajar matematika siswa. Sehingga guru perlu menerapkan metode belajar
matematika dan media belajar yang mudah dimengerti oleh peserta didik agar
dapat memotivasi mereka dalam belajar matematika agar target pembelajaran dapat
tercapai.
Dalam analisis kesulitan belajar matematika dapat dilalui dengan
identifikasi kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar,
melakukan bimbingan, dan kemudian menetapkan model pembelajaran. Pada dasarnya
semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan yang dimiliki
berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk itu, yang terpenting bagi guru adalah
dapat menelaah dengan baik perkembangan peserta didik. Diagnosis terhadap permasalahan
sesungguhnya yang dialami anak mutlak harus dilakukan. Dengan demikian guru akan
mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak, sehingga guru dapat
menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin, 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Dalyono, M. 2009.
Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Sugihartono, et.
all. 2012. Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta : UNY Press.
Warkitri, dkk.
1998. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Amir, Zubaidah dan
Risnawati. 2016. Psikologi Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Ismail.
2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa
dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah. Jurnal Edukasi Vol. 2 Nomor 1. UIN
Ar-Raniry Banda Aceh. Online. Tersedia di http://id.portalgaruda.org/article.php?article=449059&val=7458. Diakses 1
Januari 2016.