Rabu, 22 Februari 2017

KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA: PENYEBAB DAN CARA MENDIAGNOSISNYA

Heni Lilia Dewi Pendidikan Matematika, Pascasarjana UNY
henililiadewi@gmail.com

Abstrak
Kesulitan belajar matematika merupakan suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar matematika yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. Pendidik sering menghadapi masalah adanya siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar matematika. Biasanya guru kesulitan dalam mendiagnosis masalah dari masing-masing peserta didiknya sehingga tidak ditemukan solusi untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Menurut Resty (dalam Amir dan Risnawati) faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar matematika bisa dari internal dalam diri siswa maupun eksternal dari luar diri siswa. Guru sebagai pendidik harus mampu menganalisis kesulitan belajar matematika dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan, dan kemudian menetapkan model pembelajaran.
Kata kunci: kesulitan belajar, matematika, diagnosis

PENDAHULUAN
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, bahkan diantara dua anak kembar sekalipun. Dalam suatu kelas, ada siswa yang dapat mencapai prestasi belajar tanpa kesulitan, namun tidak sedikit siswa mengalami banyak kesulitan. Tidak semua masalah yang dihadapi siswa dapat diatasi oleh dirinya sendiri, seperti siswa yang malas, mudah putus asa, bahkan sikap menentang guru di kelas.. Peran guru sangat diperlukan peserta didik untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Maka guru perlu mendiagnosis dimana letak kesulitan belajar yang dihadapi siswa untuk kemudian dicari solusi pemecahannya.
Jika kesulitan belajar siswa tersebut dibiarkan, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, siswa memerlukan bantuan, baik dalam mencerna bahan pengajaran maupun dalam mengatasi hambatan-hambatan lain. Kesulitan belajar siswa harus dapat diketahui dan dapat diatasi sedini mungkin, sehingga tujuan instruksional dapat tercapai dengan baik.
Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang tidandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. Menurut Muhibbin Syah (2014:170) menyatakan bahwa kesulitan belajar tidak hanya menimpa pada siswa yang berkemampuan rendah tetapi berkemampuan dibawah standarpun juga dikatakan kesulitan belajar. Siswa/ mahasiswa yang berkemapuan normal (rata-rata standar) dapat mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Jenis-jenis kesulitan belajar bisa saja muncul pada objek langsung dan tak langsung dalam matematika.
Sebelum menangani sebuah masalah kesulitan belajar sebagai pendidik hendaknya mencari tahu penyebab utama siswa menangkap materi pembelajaran dengan kata lain kita melakukan diagnosa mahasiswa dalam kesulitan belajar. Saat ini banyak pendapat yang mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kesulitan belajar matematika baik faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, seperti psikologi dan disikologi maupun faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa seperti faktor sosial (Dalyono, 2009: 230). Pemahaman mengenai kesulitan belajar matematika, faktor-faktor yang meyebabkan kesulitan belajar matematika perlu diperdalam terutama bagi seorang pendidik. Maka perlu dilakukan diagnosis yang membantu siswa memperoleh hasil belajar yang optimal.
PEMBAHASAN
a.      Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah terjemah dari istilah bahasa inggris learning disability. Menurut terjemah tersebut sesungguhnya kurang tepat, karena learning artinya belajar, disability artinya ketidakmampuan. Kesulitan belajar adalah: suatu kondisi yang mana anak didik tidak belajar sebagaimana mestinya karena ada gangguan tertentu.
Selain definisi tersebut, menurut Sudrajat, sebagaimana dikutip oleh Amir dan Risnawati (2016: 187-188) kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas di antaranya:
a)      Learning Disorder
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Contoh: siswa yang terbiasa menghafal rumus mungkin akan kesulitan mengingat konsep lama.
b)      Learning Disfunction
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental dan gangguan psikologis lainnya. Contoh: adanya latihan soal yang kurang dalam pembelajaran matematika.
c)      Under Achiever
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
d)     Slow Learner
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e)      Learning Disabilitas
Learning Disabilitas atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehinga hasil belajar dibawah potensi intelektualnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian kesulitan belajar matematika adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak yang di tandai oleh ketidak mampuan anak untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan.
b.      Ciri-ciri Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Ciri dari siswa yang mengalami kesulitan diantaranya adalah; tidak mampu menyelesaikan tugas belajar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, atau tidak mampu mencapai taraf belajar yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan Sugihartono, (2012: 154) ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar sebagai berikut:
a) Prestasi belajar rendah artinya sekor yang diperoleh dibawah skor rata-rata kelompoknya.
b) Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan hasil yang dicapai.
c) Lamban dalam mengerjakan tugas dan lambat dalam menyelesaikan atau menyerahkan tugas.
d) Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar lainnya.
e) Menunjukkan prilaku menyimpang dari prilaku temanya yang seusia,  misalnya suka membolos, enggan mengerjakan tugas, tidak dapat kerja sama dengan temanya, terisolir, tidak dapat konsentrasi,tidak punya semnagat dan sebagainya.
f) Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung marasa rendah diri, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Lerner, sebagaimana dikutip oleh Amir dan Risnawati (2016: 188-190) ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, diantaranya:
a)      Gangguan Hubungan Keruangan
b)      Abnormalitas persepsi Visual
c)      Asosiasi Visual Motor
d)     Perseverasi
e)      Kesulitan Mengenal dan Memahami Simbol
f)       Gangguan Penghayatan Tubuh
g)      Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca
h)      Skor PIQ jauh lebih rendah daripada skor VIQ
Masalah yang sering muncul yaitu kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol matematika seperti >, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.
c.       Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Jenis-jenis kesulitan belajar bisa saja muncul pada objek langsung dan tak langsung dalam matematika.
Beberapa kekeliruan umum yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika juga disebutkan oleh Lerner, sebagaimana dikutip oleh Amir dan Risnawati (2016: 191):
a.       Kekurangan pemahaman tentang simbol
b.      Nilai tempat
c.       Penggunaan proses yang keliru

d.      Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Namun kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kebiasaan berteriak-teriak dalam kelas, mengusik teman, berkelahi dan sering bolos dari jam pelajaran matematika. Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak antara lain:
1.      Faktor internal siswa
Menurut Resty Rahajeng, sebagaimana dikutip oleh Amir dan Risnawati (2016: 192-195) faktor internal siswa yang menyebabkan kesulitan belajar matematika dapat berupa fisiologis, kecerdasan, motivasi, dan minat.
a.       Ciri khas/ karakter siswa
Persoalan intern pembelajaran berkaitan dengan kondisi kepribadian siswa, baik fisik maupun mental.
b.      Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan adanya sikap menerima, menolak atau mengabaikan.
c.       Motivasi belajar
Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan sesuatu yang datang dari dalam individu yang bersangkutan da nada pula yang datang dari luar individu, seperti peran orang tua, teman dan guru.
d.      Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pembelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
e.       Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan pelajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.
f.       Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan isi pesan.
g.      Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima baik pesan lama maupun pesan baru.
h.      Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar
Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar.
i.        Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
j.        Intelegensi dan keberhasilan belajar
Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan belajar. Dengan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuk generasi penerus yang bermutu rendah.
k.      Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar yang kurang baik berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok, dan lainnya.
l.        Cita-cita siswa
Cita-cita merupakan motivasi intrinsik.
2.      Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal adalah hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Menurut Resty Rahajeng, sebagaimana dikutip oleh Amir dan Risnawati (2016: 195-196) faktor eksternal dapat berupa lingkungan keluarga, masyarakat, guru, dan media pembelajaran.
a.       Lingkungan Keluarga
Status ekonomi, status sosial, kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.
b.      Lingkungan Masyarakat
Setiap pola masyarakat yang mungkin menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali terserap dalam diri anak, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih mudah diserap oleh anak dari pada pengalaman belajarnya di sekolah.
c.       Guru
Cara guru mengajar sangat menentukan keberhasilan belajar, sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar dan kemampuan menyelami alam pikiran setiap siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu guru sebagai motivator, fasilitator, innovator dan konduktor masalah-masalah individu siswa perlu menjadi acuan selama proses pembelajaran berlangsung.
d.      Media Pembelajaran
Media pembelajaran seperti buku-buku pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis juga mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar. Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh media pembelajaran yang memadai. Media pembelajaran tersebut akan menunjang proses pemahaman anak.
e.       Prosedur dan Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar
Untuk melaksanakan kegiatan diagnosis kesulitan belajar harus ditempuh beberapa tahapan kegiatan. Tahapan tersebut meliputi: 1) Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar; 2) Melokalisasikan kesulitan belajar; 3) Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar; 4) Memperkirakan alternatif bantuan; 5) Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya; dan 6) Tindak lanjut (Warkitri, sebagaimana dikutip dalam Ismail, 2016: 40)
Diagnosis kesulitan belajar dilakukan dengan teknik tes dan nontes. Teknik yang dapat digunakan guru untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain:
1.      Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu.
2.      Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik. Wawancara juga dapat dilakukan dengan teman dekat atau keluarga peserta didik yang mengalami kesulitan belajar matematika.
3.      Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar siswa.
4.      Pemberian angket untuk mengukur kecemasan terhadap matematika. Angket dibagikan dengan cara disiasati pengumpulannya tanpa menggunakan nama (dengan menggunakan kode yang sudah disiapkan oleh guru sebelumnya).
Dengan begitu, guru dapat mencari alternatif atau solusi untuk mengatasi kesulitan belajar matematika siswa sebagai tindak lanjut proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar optimal mereka.

KESIMPULAN
Kompleksnya masalah-masalah dalam belajar mengindikasikan bahwa beberapa siswa masih mengalami kesulitan belajar matematika. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar matematika pun bisa berasal dari dalam diri siswa sendiri (internal) atau dari luar diri siswa (eksternal). Namun para guru matematika dapat menggunakan berbagai metode atau pendekatan untuk mendiagnosis kesulitan belajar matematika siswa. Sehingga guru perlu menerapkan metode belajar matematika dan media belajar yang mudah dimengerti oleh peserta didik agar dapat memotivasi mereka dalam belajar matematika agar target pembelajaran dapat tercapai.
Dalam analisis kesulitan belajar matematika dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan, dan kemudian menetapkan model pembelajaran. Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja kemampuan yang dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk itu, yang terpenting bagi guru adalah dapat menelaah dengan baik perkembangan peserta didik. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya yang dialami anak mutlak harus dilakukan. Dengan demikian guru akan mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak, sehingga guru dapat menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin, 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Sugihartono, et. all. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Warkitri, dkk. 1998. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Amir, Zubaidah dan Risnawati. 2016. Psikologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah. Jurnal Edukasi Vol. 2 Nomor 1. UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Online. Tersedia di http://id.portalgaruda.org/article.php?article=449059&val=7458. Diakses 1 Januari 2016.